Our best spreads and conditions

Harga Emas (XAU/USD) stabil di dekat $3.020 pada saat berita ini ditulis pada hari Selasa saat para trader menilai berita tarif terbaru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Presiden mengeluarkan perintah eksekutif pada hari Senin untuk memberlakukan "tarif sekunder" sebesar 25% pada semua impor dari negara-negara yang membeli Minyak dari Venezuela, yang berarti kenaikan tajam dalam bea atas barang-barang dari Tiongkok dan India.
Pada hari Senin, Trump mengatakan tarif timbal balik akan dilonggarkan untuk negara-negara yang memenuhi permintaan AS untuk memindahkan kembali bisnis dan pabrik mereka. Dia juga menambahkan bahwa tarif pada mobil, aluminium, dan farmasi akan diberlakukan dalam waktu dekat. Trump juga menambahkan bahwa kayu dan chip bisa menjadi target tarif potensial juga.
Pemantulan mulai terjadi pada hari Selasa setelah komentar Presiden Trump tentang penerbitan tarif 'sekunder'. Pemerintahannya berusaha untuk melonggarkan pendekatan timbal balik. Ini akan membuat seluruh penilaian terhadap bea dan cara untuk mengukurnya menjadi lebih sulit.
Di sisi atas, resistance R1 harian berada di $3.028. Lebih jauh, resistance R2 di $3.046 bertepatan dengan tertinggi hari Jumat dan resistance R1 dari hari Senin. Ini berarti bahwa level ini adalah penghalang berat sebelum mengarah ke tertinggi sepanjang masa saat ini di $3.057.
Di sisi bawah, beberapa tanda merah tetap ada karena support S1 intraday berada di $2.997. Itu berarti level $3.000 terpapar dan perlu bertindak sendiri sebagai support besar. Tidak ada garis pertahanan sebelum memastikan bahwa setiap penurunan diperlambat. Lebih jauh ke bawah, support S2 berada di $2.984.
XAU/USD: Grafik Harian
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.